Dalam dunia manajemen SDM, memahami dinamika perilaku karyawan sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Salah satu tren yang kini mulai mencuat di era kerja hybrid dan pascapandemi adalah Office Peacocking.
Fenomena ini mengacu pada perilaku karyawan yang sengaja tampil menonjol saat datang ke kantor—baik dari sisi penampilan, gesture, maupun aktivitas kerja—untuk menunjukkan dedikasi atau sekadar eksistensi di hadapan atasan dan rekan kerja.
Meskipun terlihat sepele, office peacocking bisa berdampak terhadap dinamika kerja, kompetisi internal, dan bahkan persepsi manajemen terhadap performa karyawan. Untuk memahami lebih jauh, simak ulasan lengkap berikut ini:
Apa Itu Office Peacocking?
Office peacocking adalah istilah yang menggambarkan upaya karyawan untuk “menonjolkan diri” secara visual dan perilaku saat bekerja di kantor, biasanya untuk mendapatkan pengakuan, pujian, atau kesempatan karier. Istilah ini terinspirasi dari burung merak (peacock) yang mengembangkan bulunya untuk menarik perhatian.
Contoh office peacocking bisa berupa berpakaian terlalu formal atau mencolok, terlihat selalu sibuk di depan atasan, atau datang paling pagi dan pulang paling malam—meski tidak selalu diiringi dengan produktivitas yang nyata.
Penyebab Munculnya Office Peacocking
Fenomena ini sering muncul karena karyawan merasa perlu membuktikan kontribusinya di tengah sistem kerja hybrid, di mana hasil kerja seringkali tidak terlihat secara langsung. Mereka merasa perlu menunjukkan kehadiran fisik sebagai bentuk loyalitas dan dedikasi.
Selain itu, budaya kerja yang sangat kompetitif atau kurangnya sistem evaluasi berbasis hasil juga memicu perilaku ini. Ketika promosi atau penilaian lebih banyak didasarkan pada persepsi visual daripada data objektif, office peacocking menjadi strategi yang dianggap efektif.
Dampaknya terhadap Lingkungan Kerja
Office peacocking bisa menciptakan tekanan tidak langsung pada rekan kerja yang tidak melakukan hal serupa. Karyawan lain bisa merasa kurang dihargai meskipun bekerja keras secara konsisten namun tidak terlihat “bersinar”.
Fenomena ini juga bisa mengganggu objektivitas penilaian kinerja. Jika manajemen hanya melihat siapa yang terlihat aktif, bukan siapa yang paling berdampak, maka potensi bias dalam manajemen SDM bisa meningkat.
Peran HR dalam Mengelola Office Peacocking
Tim manajemen SDM memiliki peran penting dalam menciptakan budaya kerja yang adil dan berdasarkan hasil, bukan sekadar penampilan. HR perlu merancang sistem evaluasi kinerja yang transparan dan berbasis data, agar setiap kontribusi terukur secara adil.
Selain itu, HR dapat mengedukasi manajer dan pemimpin tim untuk tidak hanya menilai berdasarkan kedekatan visual atau kehadiran fisik, melainkan juga lewat output kerja, kolaborasi, dan nilai tambah terhadap tim.
Tips Mencegah Office Peacocking Menjadi Budaya Kerja
Perusahaan perlu menumbuhkan budaya kerja yang menghargai kualitas, integritas, dan kolaborasi. Dorong karyawan untuk fokus pada hasil kerja dan pengembangan kompetensi, bukan sekadar pencitraan.
Transparansi dalam sistem promosi, pelaporan kerja, dan komunikasi internal juga sangat penting. Dengan sistem yang terbuka, tidak ada ruang untuk strategi “pamer” karena semua orang tahu bahwa yang dihargai adalah kontribusi nyata.
Ingin Membangun Budaya Kerja yang Sehat dan Objektif? Gunakan Klique!
Fenomena seperti office peacocking adalah tantangan baru dalam dunia kerja modern. Jika Anda ingin membangun sistem manajemen SDM yang lebih adil, transparan, dan produktif, Klique hadir sebagai solusi andal untuk perusahaan Anda. Kami bantu merancang strategi HR yang efektif, berbasis data, dan sesuai dengan kultur perusahaan Anda.

