Sementara dunia bisnis pasca covid menuntut tenaga kerja beradaptasi dengan cepat, hal sederhana seperti memahami cara membuat program training karyawan sangat dibutuhkan.
Program pelatihan yang dapat membentuk tenaga kerja terlatih dan siap untuk perubahan merupakan langkah mendasar bagi sebuah bisnis untuk mampu menghadapi tantangan tersebut.
Program Training Karyawan: Apa Kata Data?
Mengejutkan! Tanpa perlu bersusah payah memaksa mereka, data menunjukkan bahwa karyawan sejatinya benar-benar mengidam-idamkan kesempatan belajar.
74% karyawan merasa memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan dan menginginkan lebih banyak pelatihan. Lebih dari itu, 93% karyawan menyebutkan bahwa program pelatihan karyawan yang direncanakan dengan baik berdampak positif pada tingkat engagement mereka.
Lapangan kerja semakin menantang, namun fakta tak sejalan. Sementara kita tahu orang-orang menginginkannya, hampir 59% dari mereka mengklaim bahwa mereka tidak mendapatkan pelatihan di tempat kerja. Hasilnya, sebagian besar keterampilan mereka dipelajari secara otodidak.
Mungkin kita merasa telah memberikan yang terbaik untuk mereka, namun benarkan cara membuat program training kita sudah tepat? Atau malah meleset dari apa yang sebenarnya mereka inginkan?
Cara Membuat Program Training Karyawan Secara Optimal
Pahami bahwa langkah ini adalah tentang membantu orang-orang untuk siap menghadapi tantangan serta membantu mereka melangkah kedepan. Bisa jadi, apa yang kita rasa terbaik untuk mereka, bukan benar-benar apa yang mereka ingin dapatkan.
Lalu bagaimana cara membuat rencana pelatihan karyawan? Kita sederhanakan langkah demi langkahnya menjadi tujuh bagian:
Identifikasi apa yang sebenarnya dibutuhkan
Mulai dengan analisis kebutuhan, ini soal menjawab pertanyaan “apa” dan “siapa.” “Apa” menyangkut masalah yang perlu diselesaikan serta bentuk pelatihan “apa yang dapat kita pilih untuk mengatasi hal tersebut. Contoh, kita membuat program pelatihan terkait perubahan sistem dalam organisasi yang menuntut seluruh staf dapat memahami dan beradaptasi dengan sistem tersebut.
Kedua, tentang “siapa” yang akan kita targetkan untuk pelatihan tersebut. Misalnya, kita akan mempertimbangkan apakah pelatihan tersebut untuk:
- Karyawan baru
- Manajer baru
- Divisi tertentu
- Keseluruhan Staff
Tentu setiap tujuan memiliki pendekatan yang berbeda, jadi tentukan fokus apa yang ingin hendak kita capai sebelum memulai.
Pahami tujuan dan kebutuhan dari pelatihan
Setelahnya, kita juga perlu untuk mengetahui tujuan pelatihan dan kebutuhan yang ingin dicapai. Apakah pelatihan dibuat untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, atau percepatan untuk mencapai target-target tertentu? Ini tentang menjawab “mengapa” pelatihan ini sangat penting dan dibutuhkan.
Pastikan memilih waktu yang tepat
Sebagian besar program training karyawan gagal karena audiens tidak benar-benar berada pada waktu dan saat yang tepat untuk menerima pelatihan. Wajib diketahui bahwa ketersediaan waktu peserta untuk mengikuti pelatihan juga perlu diperhatikan.
Apakah pelatihan akan dilakukan dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, atau lebih dari itu? Apakah seluruh peserta dapat memastikan diri untuk hari pada program pelatihan tersebut? Ini soal menjawab pertanyaan “Kapan.”
Buat konsep metode pelatihan yang cocok dengan karyawan
Metode penyampaian materi yang akan diajarkan pada karyawan juga penting untuk diperhatikan. Ketika tenaga kerja didominasi Gen Z dan milenial seperti saat ini, perilaku mereka juga turut membawa perubahan pada bagaimana proses training karyawan dilakukan. Gen Z dan milenial adalah generasi digital yang mengambil dan menerima informasi dengan cepat.
Generasi milenial dan gen Z cenderung lebih responsif terhadap metode pelatihan yang melibatkan teknologi dan interaktif. Berikut adalah beberapa metode pelatihan yang cocok untuk kedua generasi ini:
a. Pelatihan berbasis teknologi
Generasi ini sangat familiar dengan segala hal berbau digital dan teknologi sehingga membuat sistem pembelajaran online berupa video tutorial dan aplikasi mobile sangat membantu kesuksesan proses pelatihan.
b. Gamifikasi
Generasi ini juga tumbuh dan berkembang pada era permainan video. Pelatihan keterampilan berbasis game yang dirancang khusus untuk mereka mampu meningkatkan motivasi selama proses pelatihan.
c. Pelatihan berbasis Kolaborasi
Milenial dan Gen Z cenderung lebih terbuka terhadap aktivitas interaktif dan kolaboratif. Menerapkan proses kolaborasi selama pelatihan seperti diskusi kelompok, proyek tim, atau simulasi mampu meningkatkan keberhasilan training karyawan.
Di sisi lain, dampak positif dalam aspek keterampilan sosial mereka juga akan terbangun.
d. Pelatihan Mandiri
Kita mengenal bahwa milenial dan Gen Z merupakan generasi yang serba ingin tahu dan siap melakukan segala bentuk pekerjaan, bahkan tanpa kenal waktu.
Nah, opsi pelatihan mandiri sangat membantu mereka untuk tetap belajar di sela-sela padatnya workload mereka. Hal ini juga dapat memberikan peluang bagi perusahaan untuk menyediakan sistem pelatihan sesuai dengan karakter dan gaya masing-masing karyawan.
Menurut Association for Talent Development (ATD), perusahaan yang mengoptimalkan pelatihan karyawan berpotensi menikmati margin keuntungan 24% lebih tinggi daripada mereka yang hanya memberikan sekedarnya saja. Well, manajer, jangan pernah kesampingkan pentingnya memahami cara membuat program training karyawan jika itu memang menguntungkan.
Klique dapat membantu perusahaan Anda merancang pelatihan karyawan yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan karyawan Anda! Untuk informasi lebih lanjut bisa klik di sini.